Monday, February 21, 2011

Etika teater

Teater ialah sebuah bentuk apresiasi manusia terhadap semua yang dicerapnya melalui akal dan inderanya. sehingga Seni (teater) selalu hidup dalam berbagai bentuk lingkungan dan komunitas, karena ia adalah seperti sebuah kebutuhan, air kehidupan ditengah gurun banalitas dan materialis.
Dalam perkembangan sosial budaya masyarakat banyak muncul ideologi dan isme-isme yang mengkritik serta kalau tidak dikatakan menentang paham mainstream di masyarakat. Pun begitu dalam teater, banyak muncul dan tumbuh teater yang berideologi bersebrangan dengan mainstream teater.
Maka, tak pelak lagi, muncul juga komunitas yang begitu getol mengumandangkan kebebasan dalam tiap pementasannya. Bahkan sering menyinggung norma-norma di masyarakat.

Friday, February 18, 2011

Teater yang Terasing

Tidak dipungkiri bahwa seni dan kebudayaan merupakan bagian penting dari perjalanan sejarah bangsa, sejarah yang tak luput dari masa kelam sampai keemasannya. Terutama teater dan drama yang sama maknanya secara substansial) yang memiliki bahasa dan symbol-simbol yang tidak didapati dalam bentuk kesenian lain.

Apakah teater kita berani mengatakan bahwa kita adalah komunitas teater yang terasing. Terasing dari kenyataan, terasing dari kerangka modern dan mutakhir, berada dalam ketertinggalan atau tidak kontemporer.Ini bermakna bahwa teater kita adalah teater yang tak mampu berbahasa dan berbicara, hanya bergumam dan berteriak tanpa makna. Tidak mewakili siapapun kecuali dirinya sendiri. Sangat eksklusif dan berpikiran sempit.

Bahkan dalam teater tradisional yang telah hidup bersama masyarakat, kemampuan untuk terus melakukan pembaruan dan pengembangan terus dilakukan karena teater tradisional merupakan ekspresi jujur dari masyarakatnya.

Namun ternyata terasing tidak hanya karena ketidakmodernannya saja tetapi juga dikarenakan ketidakmampuan atua bisa dikatakan ketidakmauan untuk belajar dari luar dirinya, merasa bahwa sudah cukup mengeksplorasi dirinya dan komunitasnya lebih baik dari yang lain.
Dalam dunia yang semakin cepat dalam informasi dan teknologi, kemampuan untuk selalu melakukan up date dan pembaruan adalah keharusan, jika menolak perkembangan merupakan penyangkalan terhadap kenyataan, kenyataan bahwa berteater merupakan berkarya dan berekspresi.

Berteater ternyata tidak hanya berbicara tentang estetika panggung dan peran saja tetapi juga berbicara tentang realita, kritik, sosial, pendidikan. Coba kita baca kembali naskah kita, apakah ia mewakili suara masyarakat? Apakah kita mampu berbicara lewat peran kita? Apakah kita tahu bahwa panggung dan tubuh adalah media kita untuk memberikan kontribusi dan pemahaman dan kesadaran bagi audiens? Jika kita tidak tahu itu, maka silahkan hidup dalam halusinasi idealisme dan kebenaran. Karena sesungguhnya kita telah salah mengambil persimpangan.

Seharusnya kita adalah teater yang hidup dan menghidupi.