Mengapa Harus Seni Budaya?
Salah satu pokok bahasan dalam pembelajaran Seni Budaya adalah teater.
Tujuan pembelajaran studi teater ini bukan ”membentuk” siswa menjadi seniman atau dramawan, melainkan hanya membimbing siswa agar dapat memahami, menikmati, dan menciptakan karya teater secara sederhana.
Bagi siswa yang berminat serius, kelak mendalaminya di lembaga perndidikan kesenian ataupun di dalam sanggar pilihannya.
Keberadaan studi teater di sekolah ini bisa saja dijadikan embrio untuk pembentukan sanggar teater sekolah. Selain hal itu bertujuan untuk mengembangkan dunia teater di daerah setempat, studi teater ini dapat sebagai tempat menyalurkan bakat dan minat siswa-siswa di sekolah.
Teater sekolah, selain sebagai media penyaluran minat bakat siswa, serta sebagai kawah Chandradimuka pembentukan kepribadian (Character Buildings), proses latihan teater yang kompleks, nyata-nyata selaras dengan Taksonomi Blooms.
Simak saja contoh-contoh dalam latihan-latihan dasar yang berkenaan dengan pengembangan kemampuan Kognitif, mulai dari reading, menghafal naskah, dan lain sebagainya sampai kepada kemampuan bedah naskah dan analisis pemeranan.
Berkenaan dengan kemampuan Afektif, mulai dari prev, olah rasa, kontemplasi, observasi dan lain sebagainya sampai kepada kemampuan menghayati tokoh cerita dalam naskah.
Demikian pula halnya kemampuan Psikomotorik, mulai dari pemanasan, olah tubuh, olah vokal, mimik, pose, gesture, pantomim, moving, grouping dan lain sebagainya sampai kepada blocking pementasan.
Sementara itu, dari sisi produksi, kemampuan menejerial, kerjasama tim, beserta lika-liku penyelenggaraan pementasan, adalah laboratorium lengkap bagi pengembangan nilai-nilai moral, mental, spiritual dan intelektual siswa.
Penulis melihat sendiri kebergairahan teater di kalangan pelajar ini ketika menjadi juri lomba teater tingkat pelajar di Universitas Negeri Medan serta sejumlah pertunjukan teater sekolah tersebut.
Bukankah perkembangan teater di Indonesia dimulai dari kaum terpelajar di kota? Ya, mereka berteater sebelum pemerintah memberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ataupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum boleh berubah, namun semangat mereka berteater patut diberi acungan jempol.
Oleh : Suyadi San, S.Pd., M.Si.
No comments:
Post a Comment