Saturday, March 12, 2011

Aliran Absurdisme


Dalam seni teater ada beberapa aliran yang berkembang selain alira-aliran diatas diantaranya, epik teater, absurdisme, simbolisme, klasisme, dan neo klasisme.
Kali ini kami akan menjelaskan tentang ABSURDISME.
Bentuk drama dari tahun 50-an sama sekali bersumbu pada pandangan bahwa dunia ini netral.
Kenyataan dan kejadian adalah tak berujud. Jika manusia mengatakan suatu peristiwa tak bersusila, hal itu disebabkan oleh pikirannya sendiri yang mengatakan itu asusila. Tak ada kebenaran obyektif. Setiap insan harus menemukan sendiri nilai-nilai hidup yang sanggup menghidupkan hidupnya, sejauh itu ia pun harus menerima bahwa nilai-nilai yang ditemukannya itu sesungguhnya absurd.
Absurd sangat kental berkaitan dengan albert camus, walau dalam bentuk prosa dan esai. tapi bisa kita ketahui melalui penafsiran camus atas mitologi Yunani tentang Sisipus yang dihukum oleh para dewa dengan mengangkut batu besar keatas gunung yang terjal, namun setelah sampai dipuncak batu tersebut menggelinding kembali kebawah, dan itu terus berulang. Camus manafsirkan bahwa mitos ini sebagai amsal hidup manusia, Sejarah manusia berlangsung mengasikkan tapi diujungnya harapan besar apapun tak akan berpengaruh.
Absurd berarti kemustahilan, tidak logis, aneh, metafisik dan transendental.

Teater absurd berusaha mengekspresikan keadaan mansusia itu dengan cara yang lepas dan acak, teater absurd tidak membicarakan absurditas keadaan manusia, akan tetapi langsung menyajikan dalam sebuah bentuk , yaitu ungkapan-ungkapan panggung yang kongkret.
Teater absurd adalah sebuah bentuk yang jelas-jelas melanggar aturan dalam teater konvensional yang rasional dan memiliki penyelesaian dan tujuan. Ia (absurd) melanggar keseluruhan kaidah dari konvensi pemanggungan konvensional, bahkan ada yang menyebut anti-plays atau anti-literature.
Beberapa tokoh absurd antara lain; Eugene Ionesco, Albert Camus, Samuel Becket, Jean Genet, Harold Pinter, Edward Albee, dan Arthur Adamov.
Teater Absurd ingin menunjukkan bahwa dunia itu merupakan tempat yang tidak dapat terpahami. hasilnya, penonton akan merasa hidup di sebuah negeri yang bahasanya begitu asing, sehingga menimbulkan "efek alienasi". yang dimaksud alienasi disini adalah penonton tidak boleh mencampuradukkan yang terjadi di atas pentas dengankenyataan hidupnya, bahkan mengingatnya pun tidak boleh. Melalui alienasi inilah penonton dapat memperoleh hiburan yan glebih tinggai berupa partisipasi.

Akan kami terangkan tentang tokoh-tokoh absurd pada tulisan selanjutnya..

1 comment:

  1. Blog yang menarik tentang absurdisme...semoga maju terus... Saya teringat yang ditulis Alber Camus The Stranger, cerita itu memiliki rasa absurdisme yang amat kental, perasaan terputus segenapnya dari orang-orang lain, tidak berdampak, terkucil dan hilangnya makna hidup.

    Saya mencoba menulis blog tentang Albers Camus, semoga anda suka: http://stenote-berkata.blogspot.com/2018/08/wawancara-dengan-albert.html

    ReplyDelete