Thursday, April 21, 2011

Kearifan lokal teater tradisional

Pesan Moral (Kearifan Lokal) dalam Pertunjukan Teater Tradisional

      Seni terlahir dari apa yang hidup dan tumbuh di sekitar dan sekeliling kehidupan senimannya: bumi yang dipijaknya, masyarakat di sekitarnya, bangsa dan negaranya, kehidupan sosial politis yang melingkunginya, sejarahnya, semangat, serta cita-cita zamannya. 

Di dalamnya ia hidup dan menghirup kehidupan. 

      Ia adalah anak kandung daerah kehidupannya. Setiap hal yang disuarakan dalam suatu karya seni adalah apa yang tumbuh bergejolak dalam lingkungan masyarakatnya melalui pemikiran dan kerja senimannya. Jadi, seniman adalah corong dari masyarakat dan zamannya.
      Memang benar bahwa seniman harus memiliki kebebasan sebagai manusia. Tetapi kebebasan yang 100 % bebas hanyalah utopia dan tidak realistis. Kebebasan yang murni dalam seni akan melahirkan ’seni untuk seni’; seniman hanya akan asyik dengan dirinya sendiri dan terlepas dari masyarakat yang menjadi almamaternya.

      Kebebasan dalam seni sesungguhnya menuntut adanya sebentuk tanggung jawab. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri maupun terhadap masyarakat dan zamannya, karena manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan kepada kebenaran dan kebaikan.

      Nilai-nilai kemanusiaan yang diperjuangkan oleh seniman adalah demi kemanusiaan itu sendiri, demi keluhuran kemanusiaan, dan tidak akan pernah ada seniman yang menghendaki kemerosotan martabat kemanusiaan. 

      Oleh karena itu, seni sering berkaitan erat dengan masalah moralitas. Seperti kata Hudson (1913:226) ”art is vitally connected with morality”. Seni yang sejati hanya bisa tumbuh atas kewajaran dan kejujuran; jujur menurut kenyataan jiwanya, dan wajar menurut kenyataan situasi dirinya serta lingkungannya.

      Sebagai karya seni, teater pun memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan serta pemasalahan manusia. Aspek-aspek kejiwaan, masalah sosial, keagamaan, metafisika, politik, dan hak-hak azasi manusia merupakan daerah pembicaraan drama. Dan aspek-aspek inilah yang sesungguhnya menjadi visi dan esensi drama. 

      Dalam menangkap visi (pesan atau amanat) yang terdapat dalam drama ini, pembaca atau penonton drama dituntut memiliki wawasan yang memadai di bidang-bidang ilmu lain yang berkaitan dengan tujuan senimannya.

      Permasalahan yang diangkat dalam kehidupan dan pertunjukan teater sangatlah beragam. Banyak masalah dan tema yang dikemukakan oleh sutradara serta penulis lakon yang diwujudkan melalui teater. 

      Persoalan perjuangan manusia, masalah sosial dan kemanusiaan, masalah cinta dan percintaan, masalah kejiwaan dan penyimpangan psikis, masalah dakwah keagamaan, hingga ke masalah-masalah metafisik dan filsafat. Jika kita sadar, maka pemasalahan-permasalahan seperti itulah yang sesungguhnya menjadi ruh atau esensi sebuah pertunjukan teater.

No comments:

Post a Comment