Anatomi Plot
Menurut Rikrik El Saptaria (2006), plot atau alur cerita merupakan rangkaian peristiwa yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan hukum sebab akibat. Plot disusun oleh pengarang dengan tujuan untuk mengungkapkan buah pikirannya yang secara khas.
Pengungkapan ini lewat jalinan peristiwa yang baik sehingga menciptakan dan mampu menggerakkan alur cerita itu sendiri. Dengan demikian plot memiliki anatomi atau bagian-bagian yang menyusun plot tersebut yang disebut dengan anatomi plot, yakni:
a. GimmickGimmick adalah adegan awal dari sebuah lakon yang berfungsi sebagai pemikat minat penonton untuk menyaksikan kelanjutan dari lakon tersebut. Sesuai dengan fungsinya, gimmick biasanya berisi teka- teki agar penonton penasaran dan menimbulkan rasa ingin tahu kelanjutan dari adegan tersebut.
Maka dari itu gimmick biasanya dikemas semenarik mungkin. Adegan yang terdapat dalam gimmick merupakan benang merah dari keseluruhan lakon.
Misalnya, gimmick yang terdapat pada lakon Raja Lear karya Willliam Shakespeare terjemahan Trisno sumardjo. Adegan yang disajikan dalam kutipan di bawah ini merupakan awal dari peristiwa- peristiwa dalam lakon Raja Lear.
Bagaimana nantinya Raja Lear membagi kerajaannya sampai dia terusir dan menderita. Bagaimana nantinya Edmund memfitnah kakaknya (putra Gloucester yang sah) sendiri sampai Edgar menjadi buronan. Jika adegan ini dikemas dengan menarik maka penonton akan penasaran untuk mengetahui bagaimana kelanjutan dari teka-teki ini.
b. Fore Shadowing
Fore shadowing adalah bayang-bayang yang mendahului sebuah peristiwa yang sesungguhnya itu terjadi. Bisa berupa ucapan atau ramalan seorang tokoh tentang nasib yang akan diderita oleh tokoh lain. Misalnya, fore shadowing yang terdapat pada lakon Raja Lear karya William Shakespeare terjemahan Trisno Sumardjo adalah sebagai berikut.
c. Dramatic Irony
Dramatic irony adalah aksi seorang tokoh yang berkata atau bertindak sesuatu, dan tanpa disadari akan menimpa dirinya sendiri. Dalam lakon banyak dijumpai tokoh-tokoh ini, dan biasanya tidak disadari oleh tokoh tersebut. Misalnya, lakon Oidipus karya Sophocles dimana Oidipus mencari penyebab bencana yang melanda kerajaannya.
Oidipus memerintahkan untuk menangkap penyebab bencana tersebut dan harus diusir dari kerajaannya. Padahal yang menjadi penyebab tersebut adalah dirinya sendiri yang membunuh bapaknya dan mengawini ibunya sendiri. Ucapannya tersebut harus dibuktikan yaitu dengan mengusir dirinya sendiri dari kerajaan.
d. Flashback
Flashback adalah kilas balik peristiwa lampau yang dikisahkan kembali pada saat ini. Kilas balik ini berfungsi untuk mengingatkan kembali ingatan penonton pada peristiwa yang telah lampau tetapi masih dalam satu rangkaian peristiwa lakon. Kilas balik biasanya diceritakan melalui dialog peran, tetapi kilas balik pada film biasanya berupa nukilan- nukilan gambar. Misalnya, flashback yang terdapat pada lakon “Antigone” karya
e. Suspen
Suspen berisi dugaan, dan prasangka yang dibangun dari rangkaian ketegangan yang mengundang pertanyaan dan keingintahuan penonton. Suspen akan menumbuhkan dan memelihara keingintahuan penonton dari awal sampai akhir cerita. Suspen ini biasanya diciptakan dan dijaga oleh penulis lakon dari awal sampai akhir cerita, supaya penonton bertanya-tanya apa akibat yang ditimbulkan dari peristiwa sebelumnya ke peristiwa selanjutnya.
Dengan menimbulkan pertanyaan- pertanyaan ini penonton akan betah mengikuti cerita sampai selesai. Suspen ini biasanya dibangun melalui dialog-dialog serta laku para peran yang ada dalam naskah lakon. Kalau pemeran atau sutradara tidak cermat dalam menganalisisnya maka kemungkinan suspen terlewati dan tidak tergarap dengan baik.
Hal ini akan menyebabkan kualitas pertunjukan dinilai tidak terlalu bagus, karena semuanya sudah bisa ditebak oleh penonton. Kalau cerita itu bisa ditebak oleh penonton maka perhatian penonton akan berkurang dan menganggap pertunjukan tersebut tidak menyuguhkan sesuatu untuk dipikirkan.
f. Surprise
Surprise adalah suatu peristiwa yang terjadi diluar dugaan penonton sebelumnya dan memancing perasaan dan pikiran penonton agar menimbulkan dugaan-dugaan yang tidak pasti. Namun peristiwa yang diharapkan tersebut, pada akhirnya mengarah ke sesuatu yang tidak disangka-sangka sebelumnya.
Misalnya, dalam lakon Raja Lear karya William Shakespeare, penonton akan mengira bahwa kedua putri Raja Lear yang diberi kerajaan akan membahagiakan ayahnya, sedangkan putri yang diusir akan membencinya. Dalam perjalanan cerita, kedua putri yang disangka akan membahagiakan malah membencinya sedangkan putri yang diusir malah mengasihinya.
Surprise dalam lakon di atas memang diperlukan karena dianggap mampu menegaskan pesan lakon yang akan disampaikan kepada penonton. Penulis mencoba memberi gambaran-gambaran yang samar pada sebuah lakon dan gambaran tersebut akan diduga oleh penonton.
Dugaan ini akan menimbulkan rasa ingin tahu, dan rasa ingin tahu ini yang memikat perhatian penonton untuk menyaksikan cerita tersebut sampai selesai dengan harapan akan menemukan dan mencocokan jawaban yang sudah dibayangkan. Keahlian penulis untuk memberi jawaban inilah yang ditunggu oleh penonton, apakah sesuai dengan dugaanya atau malah berbeda
g. Gestus
Gestus adalah aksi atau ucapan tokoh utama yang beritikad tentang sesuatu persoalan yang menimbulkan pertentangan atau konflik antartokoh. Gambaran tentang gestus yang terdapat pada lakon Raja Lear adalah ketika raja Lear membagi kerajaannya, ini menimbulkan konflik antara ketiga putrinya.
Kemudian ketika Edmund ingin menyingkirkan Edgar yang dianggap sebagai anak yang sah dan akan mewarisi semua kekayaan Gloucester, maka Edmund membuat suatu aksi yang menimbulkan permusuhan antara Edgar dan Gloucester. Dalam lakon terkadang dijumpai aksi-aksi yang seperti ini dan akan menimbulkan suatu rasa simpati penonton kepada korbannya.
No comments:
Post a Comment