Karakteristik dan struktur teater tradisi
Karakteristik Teater Tradisi
Berdasarkan perkembangan terakhir dari bentuk pementasan teater rakyat, sejumlah karakteristik dasar pementasan teater rakyat pada umumnya adalah sebagai berikut.
a. Cerita yang disajikan tanpa naskah dan digarap berdasarkan peristiwa sejarah, dongeng, mitologi, atau kehidupan sehari-hari.
b. Penyajian cerita dilakukan melalui dialog, nyanyian, dan tarian.
c. Unsur-unsur lawakan melalui tokoh pelawak (bodor) selalu muncul di sepanjang cerita.
d. Nilai dan laku dramatik dilakukan secara spontan, dalam setiap adegan terdapat dua unsur emosi sekaligus, yakni tertawa dan menangis.
e. Pertunjukan menggunakan tetabuhan atau alat-alat musik tradisional.
f. Penonton mengikuti pertunjukan secara santai dan akrab. Bahkan, sering terjadi munculnya dialog langsung antara pelaku dan penonton.
g. Tempat pertunjukan terbuka dalam bentuk teater arena (dikelilingi penonton).
Struktur Pertunjukan Teater Tradisi
Teater tradisi di Nusantara sebagian besar terlahir dari tradisi religi yang pernah hidup pada masa lalu. Sistem religi asli, Hindu-Budha, dan Islam tidak jarang bercampur menjadi satu dalam pementasan seni. Oleh karena itu, struktur pementasan teater tradisi pada umumnya memiliki kesamaan di berbagai tempat di Nusantara ini.
Struktur umum pertunjukan teater tradisi tersebut adalah sebagaimana diuraikan berikut ini.
a. Pertunjukan diawali dengan tetabuhan (tatalu) sebagai pemberi tanda bahwa pertunjukan akan segera dimulai. Panjang tetabuhan ini bergantung kepada telah berkumpulnya penonton di sekitar tempat pertunjukan.
b. Pimpinan rombongan atau dalang kemudian melakukan upacara ritual memohon perlindungan ke empat penjuru angin. Proses ritual ini dilakukan dengan merapalkan mantera atau rajah serta membakar dupa (kemenyan). Proses ini kadang-kadang menggunakan tarian yang dilakukan sendiri oleh dalang atau pimpinan rombongan.
c. Setelah upacara ritual selesai, muncul serombongan penari yang membawakan tarian-tarian penghibur. Munculnya penari-penari ini menandakan bahwa pertunjukan telah terlepas dari nuansa ritual dan tidak ada hubungannya dengan upacara agama tertentu.
d. Cerita dimulai dengan menyajikan lakon dalam struktur yang linier. Unsur-unsur melodrama kerap menjadi pegangan dalam pertunjukan teater tradisi ini. Cerita ini dibagi dalam beberapa babak atau bagian sehingga terasa panjang.
e. Pada jeda waktu pergantian babak selalu diisi dengan hiburan, seperti nyanyian dan tarian. Pada sejumlah pertunjukan teater tradisi rakyat, bagian ini justru banyak digemari karena pada saat inilah penonton dapat menari bersama penari-penari dengan memberikan sejumlah uang tertentu. Sering terjadi jeda antara babak ini berlangsung cukup lama sehingga pertunjukan keseluruhan lakon dapat berakhir menjelang pagi.
f. Akhir pertunjukan ditutup dengan tarian dan doa ucapan terima kasih. Seluruh pemain biasanya tampil di hadapan penonton untuk mengucapkan terima kasih. Seluruh pertunjukan ditutup dengan tetabuhan kembali seperti awal pertunjukan.
No comments:
Post a Comment