Dunia seni pertunjukan, khususnya teater adalah dunia yang menghantarkan jiwa dan kehidupan batiniah seorang aktor menjadi lebih kaya, kaya dengan paradigma, kaya dengan sikap dan kaya dengan pengalaman kejiwaan. Karena dengan begitu ia akan lebih arif dan bijak menghadapi segala diluar dirinya dan bahkan dirinya sendiri.
Mikro teater adalah diri, jiwa, batin. Ia lah sebenarnya mula dan akhir dari sebuah perjalanan proses berkesenian. Karena jiwanya adalah alat untuk mengukur sampai dimana kemampuan mengolah akal dan hatinya.
Menjadi seorang aktor, pekerja seni terutama teater merupakan sebuah kontrak yang tidak mengikat secara formal akan tetapi secara moral. Menjadi seorang pekerja seni memang tidak bisa dijadikan sebuah harapan besar apalagi untuk dapat hidup didalamnya, karena seni di Indonesia tidak dapat menghidupi kehidupan kita.
Dalam istilah Arifin C. Noer adalah KECIL.
Kecil atau mikro adalah kita. kita yang berbuat, kita yang merasa dan kita pula yang berkuasa.
Karena jiwa kita merupakan gambaran dari alam semesta atau makrokosmos. Menurut Stanislavski, keadaan kreatif batiniah seorang aktor merupakan kekayaan yang akan terus berkembang seiring waktu. Dan setiap individu memiliki jiwanya sendiri-sendiri yang tentunya berbeda dengan yang lain.
Setiap laku batin tidak bisa hanya didekati dan dipahami melalui kemampuan akal dan kepekaan indera tanpa mengikutkan jiwa dan emosi, karena hanya dengan itulah laku batin bisa betul-betul menjadi laku yang 100%.
Laku batin yang terjadi akan terefleksikan melalui gerak, gerak tubuh dan gerak verbal. Laku batin juga akan mengisi setiap kata dan pandangan pemain.
No comments:
Post a Comment