Monday, March 14, 2011

Teater Tradisional (Mamanda)

TEATER TRADISIONAL KALSEL “MAMANDA”

      Di daerah Kalimantan Selatan, terdapat seni pertunjukan tradisional yang bisa bertahan karena kemampuannya mengadaptasi perkembangan sosial dan budaya bahkan juga teknologi lingkungannya. 

      Teater ini disebut Mamanda. Mamanda mempunyai pengertian “sapaan” kepada orang yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau kekeluargaan. Mamanda bersifat kerakyatan. 

     Pada tahun 1897, datanglah di Banjarmasin, Komidi Abdoel Moeloek dari Malaka. Komidi Bangsawan ini memiliki pengaruh besar terhadap teater tradisional di Kalimantan Selatan. Karena sebelum kedatangan Abdoel Moeloek yang dipimpin oleh Encik Ibrahim dan isterinya Cik Hawa, menetap di Tanah Banjar beberapa bulan mengadakan pertunjukan. Teater ini begitu cepat populer di tengah masyarakat Banjar. Setelah beradaptasi, teater ini melahirkan sebuah teater baru bernama “ Mamanda“. 

      Cerita Mamanda memiliki cerita yang menarik, sebagaimana umumnya teater tradisional yang telah memiliki tokoh yang pasti dan harus ada dalam pertunjukannya yang kemudian ditambah tokoh-tokoh lainnya sesuai perkembangan cerita. 

      Pada mulanya pertunjukannya selama semalam suntuk, namun karena mulai banyak "keluhan" maka pertunjukan berdurasi 3 sampai 5 jam saja. 

      Mamanda juga memiliki fleksibilitas dalam proses pertunjukannya, ia bisa menggunakan naskah secara utuh sebagaimana teater modern tapi juga bisa hanya menggunakan plot/ alur cerita saja yang kemudian dikembangkan oleh para pemainnya dengan bakat improvisasi masing-masing. 

      Tokoh-tokoh mamanda yang baku itu adalah Raja, Mangkubumi, Wazir, Perdana Menteri,Panglima Perang, Harapan Pertama, Harapan kedua, Khadam, Permaisuri, Anak Raja ( bisa putri atau Pangeran ). Tokoh-tokoh lain sesuai cerita misalnya Raja dari Negeri lain, Anak Muda, Perampok,Jin, Belanda, atau nama dari daerah lain ( Jawa, Cina, Batak, Madura atau lainnya ). 
     Sebelum pertunjukan dimulai dibacakan sinopsisnya, di mamanda dipaparkan lewat “ Baladon “. Baladon adalah tutur cerita dengan dibawakan berlagu dan gerak tari. Cerita mamanda bisa berkolaborasi dengan seni tari atau musik. Yakni setelah kerajaan selesai bersidang maka akan ditampilkan pertunjukkan tari dengan maksud menghibur raja dengan segenap aparat kerajaan atau ketika kerajaan menang perang diadakan pertunjukan hiburan tari atau musik.

      Mamanda mempunyai dua aliran. 

Pertama : Aliran Batang Banyu. Yang hidup di pesisir sungai daerah Hulu Sungai yaitu di Margasari. Sering juga disebut Mamanda Periuk. 

Kedua : Aliran Tubau bermula tahun 1937 M. Aliran ini hidup di daerah Tubau Rantau. Sering dipentaskan di daerah daratan. Aliran ini disebut juga Mamanda Batubau. Aliran ini yang berkembang di Tanah Banjar.

      Pertunjukan Mamanda mempunyai nilai budaya, yaitu pertunjukan Mamanda disamping merupakan sebagai media hiburan juga berfungsi sebagai media pendidikan bagi masyarakat Banjar. Cerita yang disajikan baik tentang sejarah kehidupan, contoh tauladan yang baik, kritik sosial atau sindiran yang bersifat membangun, demokratis, dan nilai-nilai budaya masyarakat Banjar.

      Bermula, Mamanda mempunyai pengiring musik yaitu orkes melayu dengan mendendangkan lagu-lagu berirama melayu, sekarang beralih dengan iringan musik panting dengan mendendangkan Lagu Dua Harapan, Lagu Dua Raja, Lagu Tarima Kasih, Lagu Baladon, Lagu Mambujuk, Lagu Nasi, Lagu Tirik, Lagu Japin, Lagu Gandut, dan Lagu Mandung-Mandung.

1 comment:

  1. bos, ada kah soft copy yang di kasetkan. kwan umpat mlhat teaternya nah. aqu orang kalua. ne no hpku. 081953518838

    ReplyDelete