Humor mungkin sudah ada sejak manusia mengenal bahasa, atau bahkan lebih tua. Humor sebagai salah satu sumber rasa gembira, mungkin, sudah menyatu dengan kelahiran manusia.
Jika dilacak asal usulnya, humor berasal dari kata latin umor yang berarti cairan. Sejak 400 SM orang yunani beranggapan bahwa suasana hati manusia ditentukan oleh empat macam cairan di dalam tubuh, yaitu darah (sanguis), lendir (phlegm), empedu kuning (chlorer), empedu hitam (melancholy).
Perimbangan jumlah cairan tersebut menentukan suasana hati. Kelebihan salah satu diantaranya akan membawa suasana tertentu. Darah menentukan suasana gembira (sanguine) lendir menentukan suasana tentang dan dingin (phlegmatic), empedu kuning menentukan suasana marah (chloreric), dan empedu hitam menentukan suasana sedih (melancholic).
Tiap cairan tersebut mempunyai karakteristik tersendiri dalam mempengaruhi setiap orang. Kekurangan darah menyebabkan orang tidak pemarah, kelebihan empedu kuning menyebabkan jadi angkuh, pendendam, ambisius, dan licik (Manser, 1989).
Teori pertama ini merupakan upaya untuk menjelaskan tentang sesuatu yang disebut humor. Namun demikian, ajaran yang disusun oleh plato ini tampaknya sudah tidak ada hubungannya dengan pengertian umum di zaman sekarang. Dalam perkembangan selanjutnya selama berabad-abad lahirlah segala macam teori yang berupaya mendefinisikan humor, yang mengacu pada artina humor seperti yang sekarang lazim dimaksudkan, yang ada hubungannya dengan segala sesuatu yang menbuat orang menjadi tertawa gembira.
Perkembangan humor di inggris sudah terlembaga sejak abad ke-16 (calley, 1997). pada masa tersebut, terdapat penulis dan pemain teater humor yang sering disebut pemain komedi. Komedian yang terkenal yaitu Ben Jhonson, yang satu karyanya berjudul man out of his humor. Karya tersebut memperlihatkan dua bentuk humor yang berbeda dalam kehidupan, yaitu humor dalam kata-kata dan humor dalam tingkah laku. Abad ke-17 merupakan zaman yang sangat pesat bagi perkembangan humor di inggris, terutama dalam hal teater komedi dan naskah humor. Teater komedi akhirnya menjadi tradisi masa selanjutnya.
Pertengahan abad ke-18, teater humor bermetamorfosa menjadi satire. Sampai akhir abad ke-18, bentuk teater tersebut menjadi mode di seluruh daratan Eropa. Abad ke-19 humor di Eropa menentukan bentuk baru dalam bentuk komik. Abad itu ditandai dengan munculnya berbagai macam komik humor dari Jerman, yang kemudian menjadi kegemaran seluruh daratan Eropa bahkan sampai ke daratan Amerika dan Asia.
Di daratan Eropa dan sebagian Amerika, humor sudah dianggap menjadi bagian dari kehidupan (gauter, 1988). bahkan dianggap sebagai suatu seni yang setara dengan seni lainnya. Setelah peranan humor meningkat, terutama dalam bentuk komik dna komedi, setara satire, pada awal abad ke-20, humor memasuki era baru. Pada awal abad itu, humor sangat dominan dalam teater komedi dan film. Sampai saat itu, media massa masih merupakan ladang subur bagi kehidupan humor. Komedi dan satire tetap bertahan di kalangan tertentu. Charlie chaplin, yang dilahirkan april 1889, merupakan seorang komedian terkenal di dunia humor modern. Film yang dibintanginya memberi inspirasi yang besar sekali dalam perkembangan humor pada umumnya. Humor menjadi salah satu objek penelitian semenjak awal abad ke-20. Berbagai tulisan mengenai humor telah diterbitkan para ilmuwan dari berbagai cabang ilmu sosial, terutama dari perspektif psikologi.
Di Indonesia, secara informal, humor juga sedah menjadi bagian dari kesenian rakyat seperti, ludruk, ketoprak, lenong, wayang kulit, wayang golek dan sebagainya. Unsur humor di dalam kelompok kesenian menjadi unsur penunjang, bahkan menjadi unsur penentu daya tarik. Humor yang istilah lainnya sering disebut dengan lawak, banyolan, dagelan, dan sebagainya, menjadi lebih terlembaga setelah indonesia merdeka, seperti munculnya grup lawak.
Perkembangan lain terjadi pada media massa cetak, baik majalah maupun surat kabar.
Teori humor
Teori humor jumlahnya sangat banyak, tidak satupun yang persis sama dengan yang lainnya, tidak satu pun yang bisa mendeskripsikan humor secara menyeluruh, dan semua cenderung saling terpengaruh.
Dewasa ini, pengertian humor yang paling awam, ialah sesuatu yang lucu, yang menimbulkan kegelian atau tawa. Humor identik dengan segala sesuatu yang lucu, yang membuat orang tertawa. Pengertian tersebut tidak keliru. Dalam ensiklopedia indonesia (1982), seperti yang dinyatakan oleh setiawan.
“humor itu kualitas untuk menghimbau rasa geli atau lucu, karena keganjilannya atau ketidak pantasannya yang menggelikan; paduan antara rasa kelucuan yang hakiki didalam diri manusia dan kesadaran hidup yang iba dengan sikap simpatik.”
Lebih lanjut, teori humor dibagi dalam tida kelompok (manser, 1989), meliputi: (1) teori superioritas dan meremehkan, yaitu jika yang menertawakan berada dalam posisi super; sedangkan objek yang ditertawakan berada dalam posisi degradasi (diremehkan atau dihina). Plato, Cicero, Aristoteles, dan francis bacon (dalamGauter, 1988) mengatakan bahwa orang tertawa apabila ada sesuatu yang menggelikan dan diluar kebiasaan.
Menggelikan diartikan sebagai sesuatu yang menyalahi aturan atau sesuatu yang sangat jelek. Lelucon yang menimbulkan ketertawaan, juga mengandung banyak kebencian. Lelucon selalu timbul dari kesalahan/ kekhilafan yang menggoda dan kemarahan; (2) teori mengenai ketidakseimbangan, putus harapan, dan bisosiasi. Arthur Koestler (setiawan, 1990) dalam teori biosiasinya mengatakan bahwa hal yang mendasari semua bentuk humor adalah biosiasi, yaitu mengemukakan dua situasi atau kejadian yang mustahil terjadi sekaligus. Konteks tersebut menimbulkan bermacam-macam asosiasi; (3) teori mengenai pembebasan ketegangan atau pembebasan dari tekanan. Humor dapat muncul dari suatu kebohongan dan tipu muslihat; dapat muncul berupa rasa simpati dna pengertian; dapat menjadi simbol pembebasan ketegangan dan tekanan; dapat berupa ungkapan awam atau elite; dapat pula serius seperti satire dan murahan seperti humor jalan. Humor tidak mengganggu kebenaran.
Fuad Hasan dalam tulisan “humor dan kepribadian” (1981) membagi humor dalam dua kelompok besar, yaitu (1) humor pada dasarnya berupa tindakan agresif yang dimaksudkan untuk melakuakkn degradasi terhadap seseorang; (2) humor adalah tindakan untuk melampiaskan perasaan tertekan melalui cara yang ringan dan dapat dimengerti, dengan akibat kendornya ketegangan jiwa.
Arwah setiawan (dalam Suhadi, 1989), mengatkaan sebagai berikut:
“humor itu adalah rasa atau gejala yang merangsang kita untuk tertawa atau acenderung tertawa secara mental, ia berupa rasa, atau kesadaran, di dalam diri kita (sense of humor); bisa berupa suatu gejala atua hasil cipta dari dalam maupun dari luar diri kita. Bila dihadapkan pada humor, kita bisa langsung tertawa lepas atau cenderung tertawa saja; misalnya tersenyum atau merasa tergelitik di dalam batin saja. Rangsangan yang ditimbulkan haruslah rangsangan mental utnuk tertawa, bukan rangsangan fisik seperti dikili-kili yang mendatangkan rasa geli namun bukan akibat humor.”
No comments:
Post a Comment