Tuesday, March 15, 2011

Teater dalam hidupnya

TEATER DALAM HIDUPNYA
      
       Dalam sejarah pertunjukan, teater tradisional Indonesia memiliki tradisi yang kuat dalam banyak hal. Ia (teater tradisional) memiliki kesadaran terhadap segala aspek dalam masyarakat karena ia memang tumbuh dari lingkungannya. Dari sebuah kebutuhan dan kesadaran kosmos (alam/ semesta). Proses merupakan inti darinya.

       Percaya pada proses dan terus berproses. Setiap hari lahir karya, sehingga segalanya akan terus menjadi baru dan aktual, karena secara spiritual ada usaha untuk melakukan adaptasi, aktualisasi, dan interpretasi.

       Dalam hidupnya ia tidak mengenal argumentasi, sebab teater tradisional tidak melakukan diskusi, mereka melakukan meditasi, bicara tanpa kata-kata. Karena teater selalu berkaitan dengan 3 hal, yaitu tempat, waktu, dan suasana maka peristiwa yang terjadi merupakan peristiwa yang terus menerus memberikan apresiasi dari yang dapat dicerap. Ia merupakan peristiwa spiritual. Peristiwa kejiwaan.

      Yang dimiliki para pelaku dan penonton. Peristiwa tersebut menjadi sebuah pengalaman spiritual penonton. Sebuah upacara mencari jatidiri manusia.

       Mereka tidak sekedar memberikan pertunjukan, Mereka membuat tontonan untuk keseimbangan kosmologis. Teater tradisional adalah sebuah upacara bersama. Sebuah ritual. Sebuah keniscayaan manusiawi.

      Kelompok teater adalah komunitas spiritual. Teater bukan hanya sekedar hubungan kerja, tetapi pengabdian. Sebagai tempat untuk menemukan diri. Ia menjadi tempat belajar penghuninya. Didalamnya pemantapan sikap dan kepribadian dilakukan. Sehingga nanti mampu menyampaikan suara, opini, dan gagasan untuk fenomena social-politik bahkan spiritual.


      Kelompok teater bukan hanya sebuah organisasi pementasan. Tempat  menyelenggarakan sebuah pertunjukan. Tempat mencari uang, karena sampai saat ini ia tidak dapat dijadikan sebuah profesi. Ia menjadi sebuah kubu perjuangan, yang tidak melulu berbincang sekitar masalah-masalah artistik tetapi juga sebagai pilihan sikap politik, opini, dan ideologis. Ia menjadi sebuah media dialog dalam orientasi budaya, panutan hidup, perilaku, bahkan latar belakang social-politik dan reformasi estetika, dari seorang pemikir yang memikirkan kehidupan yang lebih baik, lebih adil, lebih benar, dan lebih layak.

       Teater bukan lagi sekedar pertunjukan hiburan, dengan kreasi-kreasi artistik. Teater adalah sebuah komunitas spiritual. Sebuah ritual untuk menyeimbangkan kosmos/ alam. Mikro dan makro (diri dan semesta).

No comments:

Post a Comment